Kronologis Wamena Berdarah

Saturday, August 16, 2008 | with 0 komentar »
"Mengapa Rakyat Ditembak Ketika Mereka Menyuarakan Hak-Hak Dasarnya?

Laporan: Dominikus Sorabut
(Sekertaris Panitia Perayaan)

Berikut Kronolis Wamena Berdarah, 9 Agustus 2008, mulai dari persiapan hingga penguburan jenasah Opinus Tabuni yang ditembak aparat polisi Republik Indonesia saat perayaan hari Pribumi Internasional di Wamena, Papua Barat.


PERSIAPAN

Pada 16 Juli 2008, Rapat Kalender Kerja, Rapat Pengecekan persiapan kegiatan dan Rapat Pengecekan persiapan akhir. 23 Juli 2008, Dominikus Sorabut mengantarkan surat pemberitahuan ke POLDA Papua dan diserahkan ke Bagian Umum pada pukul 10.00. 31 Juli 2008, pukul 08.00, Dominikus Sorabut mengantarkan tembusan surat pemberitahuan kepada POLRES Wamena, Intelkam Polres Jayawijaya, Yunus Loho. pada 01 Agustus 2008, Jam 13.00 – 14.30, Pimpinan Dewan Adat Papua (Forkorus Yaboisembut, Leonard Imbiri, E A, SS) melakukan audiens dengan POLDA Papua (Kapolda, Paulus Waterpauw, Petrus Waine, Kapolres Jayapura dan Wagimin). 08 Agustus 2008, Ketua DAP, Bendahara DAP, Kepala Pemerintahan Adat dan Bendahara SPP naik ke Wamena dengan menggunakan Avia Star. 09 Agustus 2008, sekitar pukul 11.00, Sekum DAP, Koordinator PETAPA, Sekum SPP naik ke Wamena dengan menggunakan Trigana Air.

PELAKSANAAN

Pada 09 Agustus 2008 Sekitar Jam 10.30, Massa dari arah Timur, Barat, Selatan dan Utara berkumpul di perempatan tugu Pepera Kota Wamena menyambut Panitia, Dewan Adat Balim dan Dewan Adat Papua serta undangan yang selanjutnya menuju ke lokasi perayaan Hari Internasional Bangsa Pribumi se-Dunia di Lapangan Sinapuk Wamena.

Seluruh rangkaian Acara berlangsung dari jam 11.30 – 15.00, diawali dengan :

1. Pembacaan doa adat oleh 5 tokoh adat.
2. Ibadah yang dipimpin oleh Pdt. Esmon Walilo,S.Th.
3. Laporan Ketua Panitia, Yulianus Hisage.
4. Sambutan Ketua Dewan Adat Wilayah La-Pago, Lemok Mabel.
5. Sebagai selingan di suguhkan tarian adat dari suku Hubula.
6. Pembacaan pesan Sekretaris Jenderal PBB oleh Sekretaris Umum Dewan Adat Papua, Leonard Imbiri.
7. Pidato Ketua Umum Dewan Adat Papua, Bapak Forkorus Yaboisembut, S.Pd. yang sekaligus mengakhiri sesi acara resmi dari perayaan hari internasional Bangsa Pribumi se-Dunia. Sesudah Ketua Dewan Adat Papua membacakan Pidato tertulis, secara lisan beliau menyampaikan beberapa penegasan tentang pidato dimaksud (Pidato selengkapnya terlampir).


Setelah turun dari panggung, Ketua Umum Dewan Adat Papua berjabat tangan dengan beberapa undangan yang hadir. Menurut susunan acara yang telah disiapkan oleh Panitia, setelah pidato Ketua Umum DAP, acara akan dilanjutkan dengan prosesi tari-tarian adat kemudian doa penutup dan ramah tamah. Ternyata, begitu Ketua Umum DAP turun dari panggung dan sebelum berlanjut ke acara tarian adat dari suku Lani, tiba-tiba muncul beberapa orang dari kerumunan massa dengan membawa tombak yang pada ujungnya telah diikat bendera. Seseorang menancapkan tombak pertama dengan bendera Merah Putih. Kemudian tombak kedua bendera PBB. Tombak ketiga bendera putih bertuliskan SOS. Tombak keempat dengan bendera Bintang Fajar.

Keempat bendera ini berturut-turut ditancapkan dihadapan massa, persis didepan panggung. Hanya dalam hitungan detik, terdengarlah bunyi tembakan dari aparat keamanan yang sejak awal acara telah berjaga-jaga di seputar lapangan Sinapuk. Diketahui pada umumnya aparat berseragam Polisi lengkap dengan senjata serta aparat keamanan yang tidak berseragam tetapi bersenjata. Sejumlah aparat memang sudah bersiaga sebelum massa berkumpul di Lapangan Sinapuk. Hanya sekejap, mungkin cuma 1-2 menit, seseorang dari kerumunan masa mengambil inisyatif menurunkan dan melepaskan bendera bintang kejora dari tiangnya. Jadi adalah tidak benar apabila disangka bahwa ada masyarakat yang berisi keras, atau melawan aparat, atau mencoba melawan dan tetap mempertahankan bintang kejora berkibar. Sekali lagi, tidak sampai 3 menit bendera bintang kejora berkibar/di tancapkan. Seseorang dengan cepat telah telah mencabut dan melepas bendera itu karena sadar dahwa prosesi penancapan bendera-bendera itu tidak sesuai, atau sama sekali tdk diagendakan oleh panitia ataupun Dewan Adat Papua.

Menghadapi semburan tembakan yang terus menerus, warga masyarakat pribumi yang berada di lapangan mulai panik dan langsung berlari menyebar ke segala arah. Ada juga masa yang hendak berlari menuju aparat yang masih terus melepas tembakan. Beberapa tokoh Dewan Adat bersama anggota PETAPA langsung menahan masa serta berusaha mendorong masa kembali kedalam lapangan agar tidak melawan aparat keamanan.Taatkalah muntahan tembakan aparat mulai mereda, beberapa orang berteriak “ ada korban, ada yang kena tembak”. Anggota PETAPA dan beberapa warga mengangkat tubuh seorang laki-laki yang duduk tersandar di pagar SMU YPK dalam keadaan tak bernyawa lagi. Jenasah itu kemudian dibawa ke lapangan dan ditaruh di atas hamparan rumput depan panggung. Barulah diketahui bahwa korban adalah seorang masyarakat biasa bernama Opinus Tabuni, berumur sekitar 40-an tahun.

Di saat jenasah masih terbaring di lapangan, pimpinan Dewan Adat Papua dan Panitia menemui Kapolres Jayawijaya dan melakukan negosiasi di Rumah Makan Mas Budi yang tidak jauh dari tempat kejadian. Dari negoisiasi ini, lahirlah kesepakatan bahwa Kapolres akan bertindak mengendalikan pasukan, sementara Dewan Adat mengamankan masyarakat. Pimpinan Dewan Adat lalu mengumpulkan kepala-kepala suku dalam rapat kilat di tempat kejadian guna menemukan solusi efektif mengamankan massa dan mengurus jenasah. 16.00 : Jenazah dibawa dari lapangan Sinapuk menuju Pilamo induk diringi oleh sebagian besar warga. Sedangkan sejumlah besar warga diarahkan kembali ke tempat masing-masing. 16.30 : Jenazah tiba di Pilamo Induk Dewan Adat Baliem.

PASCA INSIDEN, 9 Agustus 2008

Pada malam sesudah kejadian, tersebar isu-provokatif bahwa Dewan Adat dan warga sedang mengatur strategi untuk melakukan penyerangan. Terkait trauma masa lalu, berduyun-duyun sebagian besar warga masyarakat pendatang mengungsi ke Kodim, Polres dan tempat-tempat lain yang dianggap aman. Isu atau provokasi ini sangat disayangkan karena hanya menambah luas kepanikan warga, padahal Dewan Adat dan warga Balim pada umumnya sedang berduka dan samasekali tidak mempunyai niat atau rencana untuk melakukan penyerangan, pengrusakkan atau tindakan anarkhi lainnya. Ke-esokan harinya, sekitar jam 11.15 : Rombongan undangan dan pengurus Dewan Adat Papua yang akan kembali ke Jayapura berjumlah 8 orang sudah berada di Airport Wamena dan bersiap-siap menuju pesawat Trigana Air yang beberapa saat lagi akan berangkat.

Ternyata rombongan dicegat dibawah tangga pesawat oleh aparat bersenjata lengkap dengan pakaian preman, serta dipaksa untuk tidak berangkat. Ketika rombongan yang akan kembali ke Jayapura dimaksud memprotes pencegatan ini, Salah seorang Polisi berpakaian dinas, Ipda Tahapary, menyampaikan kepada Sekum DAP bahwa Kapolres Jayawijaya meminta mereka untuk bertemu Kapolda sebelum kembali ke Jayapura. Waktu Sekum DAP menanyakan “kenapa ada banyak aparat berpakain preman dan bersenjata”, Ipda Tahapary menjawab bahwa “mereka tidak berada dibawah perintahnya". Adu mulut ini sempat berlangsung beberapa saat sebelum Kapolres Jayapura datang, dan bertemu dengan Sekum DAP. Beliau mengatakan bahwa ia sedang dalam perjalanan dari rumah duka (pilamo Induk) dan ditelepon oleh Ketua Umum DAP menanyakan kenapa rombongan undangan dan Sekum DAP ditahan untuk tidak berangkat. Karena itu beliau langsung datang ke bandara.

Sekum DAP mempertanyakan mengapa kami di larang berangkat ke Jayapura dan mengapa ada pasukan dengan senjata lengkap menahan kami di airport ?. Kapolres Jayapura mengatakan bahwa “pasti ada miskomunikasi”. Ibu Abina Wasanggai, Ibu Korry Siregar dan Ibu Ida menyampaikan kekesalan kepada Kapolres dan selanjutnya rombongan kami menuju Polres Jayawijaya. Jam 12.00 waktu setempat,rombongan bertemu Bapak L. Makatita, Kapolres Jayapura serta Kadit Reskrim Polda Papua di ruang Wakapolres Jayawijaya. Wakil dari rombongan yang tak jadi berangkat menanyakan apakah penahanan kami ada perintah atau tidak ?. Kadit Reskrim Polda Papua mengatakan “memang ada perintah Kapolda karena ingin bertemu dan Polisi mendapat kabar bahwa seluruh rombongan Dewan Adat Papua termasuk undangan akan berangkat pulang ke Jayapura.

Sekum DAP menjelaskan bahwa sesuai kesepakatan Dewan Adat Papua bahwa Ketua umum, Ketua Bidang Eksekutif serta Komandan PETAPA akan tetap tinggal di Wamena. Sedangkan Sekum DAP bersama beberapa undangan lain akan kembali ke Jayapura. Nama-nama pimpinan DAP yang masih tinggal di catat untuk disampaikan kepada Kapolda. Akhirnya Sekum DAP dan rombongan di izinkan berangkat kembali ke Jayapura. Jam 13.12 rombongan berangkat ke Jayapura dengan Trigana Air 284.

OTOPSI JENAZAH KORBAN OTINUS TABUNI

Pada pukul, 3.30 : Jenazah dibawa dari Pilamo induk dengan mobil ambulance menuju RSUD Wamena. Pada pukul, 14.00, Otopsi jenazah Otinus Tabuni mulai dilakukan, di pimpin dokter .........., Pada pukul 17.15, karena dokter tidak berhasil menemukan proyektil peluru, jenazah dibawa ke ruang rontngen untuk menjalani foto ulang.

Pada pukul 17.50, otopsi ulang atau otopsi kedua dilakukan oleh dokter yang sama. Dan pada, pukul 8.58 : Serpihan peluru ditemukan bersarang di jantung kiri korban, dan pada pukul 20.00, otopsi selesai dilakukan. Pada pukul 00.2, penyerahan barang bukti dari pihak RSUD Wamena kepada pihak kepolisian yang diterima oleh Kasat Serse Polres Jayawijaya AKP. Erlangga, disaksikan pihak keluarga dan Dewan Adat Papua.21.00 : Jenazah dibawa kembali dari RSUD Wamena dengan mobil ambulance menuju Pilamo Induk Dewan Adat Baliem.

PROSES PEMAKAMAN JENASA OPINUS TABUNI

Jenasah Opinus Tabuni Pemakaman pada hari Senin tanggal, 11 Agustus 2008 Jam 15.00, di halaman Pilamo Dewan Adat Wilayah VI La-Pago Bali, bersebelahan persis dengan makam Almahrum Bapak Yafet Yelemaken.

Prosesi pemakaman di mulai dengan Ibadah, Ibadah di pimpin oleh Pdt. Esmon Walilo dari GIDI. Kemudian dilanjutkan dengan Pembacaan Riwayat/identitas almarhum: OTINUS TABUNI lahir di Irulik, 19 Agustus 1970 di Distrik Asologaima- Kabupaten Jayawijaya.Ia seorang Petani dan Aktifis HAM Papua wilayah Piramid, Bolakme dan calengka. Nama Isteri nya, Simonara Komba. Asal dari keluarga Murib Tabuni, Wenda Tabuni.

Penghormatan terakhir Keluarga

Penghormatan terakhir ini dilakukan oleh keluarga besar yang di tinggalkan, penghormatan ini dilakukan secara adat dengan menyanyikan lagu adat sambil menangis didepan peti Jenasah Opinus Tabuni.

Penyerahan Jenasah

Penyerahan jenasah dari keluarga kepada Dewan Adat Papua yang diterima langsung oleh Ketua umum Dewan Adat Papua Forkorus Yaboisembut di dampingi Kepala Pemerintahan Adat Sayid Fadhal Alhamid dan Lemok Mabel Ketua Dewan Adat Wilayah La-Pago. Setelah penghormatan terakhir pihak keluarga, di serahkan juga Proses Advokasi dan penyelesaian melalui investigasi dan upaya hukum sebagai tanggung jawab penuh Dewan Adat Papua.

Sambutan Ketua Dewan Adat Papua.

Dewan Adat Papua dan Dewan Adat Wilayah La-pago merasa kehilangan seorang yang ikut memperjuangkan hak-hak dasar masyarakat adat Papua, perkenankan saya atas nama Dewan Adat Papua untuk menyampaikan rasa berduka cita yang sedalam-dalamnya, juga dari rekan-rekan Dewan Adat Daerah dari Sorong sampai Merauke mengucapkan Turut berduka cita. Kita semu merasa kehilangan. kita semua tidak merasa bahwa hal ini harus terjadi.

Bapak, Ibu, saudara/i sidang perkabungan yang saya kasihi dalam Tuhan kita Yesus Kristus, kepada keluarga yang telah merelakan anak, bapak, saudara, Kakak, adik atau anak Opinus Tabuni dan menyerahkan dengan hati yang tulus kepada Dewan Adat Papua itu berarti kita semua sadar bahwa saudara , anak kita, Bapak atau adik kita ini meninggal bukan karena sakit, tetapi karena ikut memperjuangkan hak-hak kita semua diatas Tanah Papua. Oleh karena itu walaupun dengan merasa duka, kami menerima jasad anak ini, dan kami menyatakan bahwa “Saudara Otinus Tabuni bukan lagi hanya milik keluarga, bukan hanya milik masyarakat adat La-pago, tetapi dia telah menjadi milik Masyarakat Adat Papua.

Setelah penyerahan tadi, keputusan apapun kedepan mengenai jasadnya dan kuburannya terus harus kita koordinasi karena ini suda menjadi milik bersama masyarakat adat Bangsa Papua dan juga lelah menjadi milik masyarakat Pribumi Internasional karena Otinus Tabuni meninggal karena kegiatan perayaan Hari Internasional Bangsa Pribumi se-dunia. Kita harus catat sebagai bagian dari sejarah bahwa dalam perayaan-perayaan hari Bangsa Pribumi, sebelumnya dari tahun 2000, sampai sekarang ini barulah yang pertama kali.

Karena itu perkenankanlah saya sebagai ketua Dewan Adat Papua akan memberikan gelar dan saudara-saudara disini bisa memberikan gelar dengan bahasa, saya sebagai ketua Dewan Adat Papua menghargai saudara kita Otinus Tabuni dengan gelar : “Pejuang pembelah hak-hak dasar Bangsa pribumi di Tanah Papua” dan untuk ini kami akan keluarkan sebuah SK resmi keputusan Dewan Adat Papua. Yang kedua, karena saudara Otinus Tabuni meninggal dalam rangka perayaan hari Internasional Bangsa Pribumi se-Dunia maka kami akan “mendesak Sekjend PBB untuk memperhatikan peristiwa ini” karena ini adalah peristiwa yang telah menodai deklarasi PBB tentang hak-hak Bangsa Pribumi.

Kepada keluarga yang ditinggalkan kami dari Dewan Adat Papua mohon maaf jika dalam kegiatan yang kami lakukan ada peristiwa duka yang merugikan keluarga. Kami merasa berterima kasih karena keluarga telah menyerahkan anak ini menjadi seorang Pejuang bagi kita semua. Saya percaya dan selalu berdoa sebagaimana Tuhan Yesus menjawab doa dari Habel di depannya maka kita berdoa kiranya saudara Otinus Tabuni yang di bunuh karena sesuatu yang benar, pasti akan di jawab oleh Tuhan. Kami juga akan membuat berita acara dan kami akan melaporkan kepada berbagai pihak terkait baik pemerintah, parlemen, gereja, LSM serta semua pihak yang peduli pada nasib Hak Asasi Manusia di Papua .

Itu yang bisa saya sampaikan, sekali lagi kami atas nama Dewan Adat Papua dan staf dan juga seluruh masyarakat adat Papua, Dewan Adat Wilayah, Dewan Adat Daerah dan Dewan Adat suku menyampaikan permohonan maaf kepada keluarga yang di tinggalkan semoga Tuhanlah yang menjadi Bapak, menjadi suami, Tuhan tetap menolong keluarga yang di tinggalkan dan pasti Tuhan memberkati kita semua. Akhirnya sekali lagi kepada Otinus Tabuni kami mengucapkan selamat jalan Tuhan Yesus menyertaimu sampai disana.

Proses pemakaman di Liang Lahat


Pemakaman jenasah Otinus Tabuni dilakukan di samping halaman Pilamo Induk Dewan Adat Wilayah Lapago Balim, tepatnya di samping makam Almahrum Bapak, Yafet Yelemaken. Prosesi pemakaman ini di kawal oleh Anggota Penjaga Tanah Papua yang terus setia menjaga keamanan tetapi juga yang bertugas untuk menurunkan peti jenasa Otinus Tabuni kedalam liang kubur.


Sambutan Ketua Dewan Adat Wilayah La-Pago (Balim)

Dalam sambutan Ketua Dewan Adat Wilayah La-Pago menegaskan bahwa masyarakat adat wilayah Balim tidak akan melakukan tindakan secara keluarga atau kelompok atau suku, kita sudah serahkan proses ini kepada Dewan Adat Papua/kepada institusi terkait. Setelah pemakaman jenasah ini saya, mempertegas bahwa kejadian apapun yang terjadi diluar koordinasi Dewan Adat Papua maka Dewan Adat Papua dan Dewan Adat Wilayah La-Pago tidak bertanggung jawab. Kepergian saudara kami, Bapak atau adik kami yang menjembatani rencana besar kita seluruh masyarakat adat Papua, saya secara pribadi dan atas nama Dewan Adat Wilayah La-Pago Balim menyatakan permohonan maaf yang sebesar-besarnya kepada keluarga dan seluruh masyarakat adat wilayah La-Pago.

Saudara kami, Bapak, adik atau om yang ditembak dan meninggal dalam acara yang dilaksanakan oleh Dewan Adat sehubungan dengan di tetapkannya Dewan Adat serta masyarakat adat Papua sebagai bagian dari masyarakat pribumi internasional. Untuk itu saya minta kepada kita sekalian agar menahan diri supaya kita bisa melanjutkan proses ini dengan baik. Kami akan berupaya menuntut pertanggung jawaban moril maupun hukum dari pihak-pihak yang berwajib. Untuk itu kalau ada isu-isu yang berkembang diluar, harus dikoordinasikan segera. Inilah yang saya harapkan supaya kita melalui satu pintu saja sebab kalau kita tidak pegang satu pintu saja, berarti ada 2 atau 3 pintu lain dan ini berarti kita bukan dari Dewan Adat Papua. Inilah yang harus kita jaga bersama-sama.

Saya menyampaikan banyak terima kasih kepada Dewan Adat Papua dan seluru staf yang selalu bersama-sama dengan kami sampai pemakaman ini, serta semua masyarakat adat yang berkabung. Saya menyampaikan terimakasih juga kepada Penjaga Tanah Papua. Selaku pimpinan Dewan Adat Wilayah Balim, saya menyampaikan terimakasih kepada Pimpinan-pimpinan denominasi Gereja yang ada di Pegunungan Tengah. saya menyampaikan terimakasih juga kepada aktifis HAM yang terus menerus menegakan keadilan dan perdamaian di Tanah Papua. Atas semua partisipasi dan semua kebersamaan kita, kita terus tingkatkan sehingga tidak terjadi hal-hal yang kita tidak inginkan. Atas kesetiaan dari kita semua saya haturkan banyak terima kasih.

Sambutan dari Keluarga


Yang kami hormati Dewan Adat Papua dan seluruh masyarakat adat. Pada hari ini Bapak, Ibu, saudara/i Bangsa Papua, bahwa kita di masukan kedalam kelompok Bangsa Pribuni yang kita rayakan pada tanggal 09 Agustus 2008 kemarin. Ternyata kita sekalian tahu bahwa kenyataan yang pait ini harus kita terima bersama. Kami atas nama keluarga korban dari sub suku goam, atas nama Otinus Tabuni, percaya bahwa Tuhan telah menetapkan hal ini buat kita orang Papua. Mungkin saja untuk mempertajam ujung tombak perjuangan ini, untuk menentukan nasip Bangsa Papua di hari depan.

Melalui pengorbanan ini tidak berarti kita putus asa, semangat kita teus semakin tumbuh untuk perjuangan kita dan kami atas nama keluarga menyampaikan terima kasih kepada pimpina Dewan Adat Papua dimana anak kami, saudara kami, om kami adik kami telah diberi julukan dan gelar pada hari ini sejak agustus 2008 sebagai pejuang bangsa pribumi di Papua, dimana almahrum ditembak oleh aparat keamanan. Untuk itu atas nama keluarga sekali lagi menyampaikan terima kasih kepada Dewan Adat Papua atas gelar pejuang yang telah diberikan.

Ada kesan kami dari keluarga kepada Dewan Adat Papua, Dewan Adat Wilayah La-Pago bahwa atas tertembaknya Otinus Tabuni, kepercayaan ini telah kami serahkan tanggung jawab sepenuhnya kepada Dewan Adat Papua, Dewan Adat Wilayah La-Pago lembah Balim mulai dari pengurusan jenasah, otopsi, pemakaman dan pengurusan selanjutnya. kesan yang kami kami ketemukan hari ini adalah : 1). Bahwa mengapa bendera PBB atau bendera Bintang Fajar tidak di bungkus pada peti jenasah, karena ini adalah akibat dari pada peristiwa ini, hal ini kami sudah sampaikan kepada Panitia maupun pihak Dewan Adat. 2). Bahwa yang perlu kami sampaikan juga ialah tempat ini adalah milik keluarga Yelemaken sehigga kami memohon kepada Dewan Adat Wilayah La-Pago untuk siapkan lokasi tersendiri, sehingga kita punya Bunga Bangsa, Jembatan Emas yang gugur seperti ini kita tempatkan di satu lokasi yang tepat dan strategi. Tempat ini, Tanah ini milik kita, kami pesan Dewan Adat Wilayah La-Pago tidak ragu-ragu memberi keputusan yang tepat dan tegas. 3). Bahwa untuk mengingat kondisi dan keadaan kami sehingga kepada pengurus Panitia dan Dewan Adat La-Pago dilakukan penutupan atas meninggalnya almahrum ini di perpendek supaya keluarga kita, masyarakat kita tetap tidak ke kampung-kampung. Dengan demikian itulah kesan dan pesan harapan kami yang bisa kami sampaikan, atas perhatian Bapak, Ibu saudara/i sekalian kami sampaikan terima kasih.

Doa Penutup oleh (Pdt. Esmon Walilo)

Allah Maha Besar, Allah orang Papua, Allah yang sungguh mencintai kami, pada sore hari ini kami naikan syukur kehadirat Mu karena Tuhan telah menuntun kami dalam acara Ibadah pemakaman almahrum Otinus Tabuni mulai dari awal hingga tamatnya hanya dengan berkat pertolongan Mu, oleh karena itu kami yang hadir pada sore hari ini kami naikan ucapan syukur kepada Tuhan dari lubuk hati yang terdalam atas segala tuntunan dan kasih Mu dan akhir dari seluru rangkaian acara ini sebagian kami akan pulang dan sebagian juga akan tinggal disini kami mohon berkat pertolongan Mu menyertai kami baik mereka yang akan pulang berjalan kaki, menumpangi kendaraankami pertarukan sepenuhnya kedalam tangan Tuhan, Damai sejahtera Allah akan menuntun kami dalam seluru perjalanan pulang ke tempat kami masing-masing bahkan saudara-saudari kami yang akan tinggal di tempat ini materi yang terakhir acara perkabungan ini kami akhiri didalam Nama Allah Bapa putra dan Rohol Kudus kami berdoa. Amin.

Related Posts by Categories



0 komentar