WAMENA (papuastudent) -Sepekan setelah resmi menjabat sebagai Pangdam XVII/Cenderawasih, Mayjen TNI A.H Nasution, Senin (26/8) kemarin melaksanakan kunjungan kerja (Kunker) ke Kabupaten Jayawijaya. Ditempat ini, mantan Pangdivif 2 ini mengunjungi beberapa lokasi, diantaranya Markas Kodim 1702/Jayawijaya, Markas Yonif 756/WMS, Pos Satgaspam TNI di Napua, Walesi dan Woma.

Selain itu, Jenderal bintang dua ini juga melaksanakan kegiatan social kemanusiaan, diantara melaksanakan anjangsana ke panti asuhan pelangi dan Panti Asuhan Walesi.

Di dua tempat itu, Pangdam menyerahkan bantuan sejumlah bahan makanan (Bama), pakaian, karpet masjid Walesi dan uang. Saat ditemui Pangdam mengungkapkan, dipilihnya Wamena menjadi daerah pertama tempat pelaksanaan kunjungan kerja, karena di tempat ini, selain ada Kodim juga ada Batalyon yang memiliki wilayah cukup luas.

"Pada prinsipnya semua wilayah yang ada di Papua itu sama saja. Hanya saja yang saya dengar-dengar bahwa kalau belum ke menginjakkan kaki ke Wamena katanya belum ke Papua," ujar Pangdam kepada Cenderawasih Pos, kemarin.

Karena itu, mendengar perkataan itu, dirinya merasa terpanggil dan tertarik untuk segera datang ke Wamena. Sebab, dengan melihat kondisi wilayah Wamena, harapannya kondisi dan situasi Papua secara menyeluruhnya bisa dipahaminya.

Untuk itu, supaya dirinya bisa cepat tahu dan paham tentang Papua, maka upaya yang harus dilakukan adalah secepat mungkin datang ke Kota Wamena dulu. Sehingga dengan melihat Wamena, praktis dirinya bisa lebih awal memahami gambaran Papua.
Ditanya apakah ada motivasi lain, seperti halnya dari aspek keamanan, Wamena merupakan daerah Abu-abu (rawan keamaman), dengan tegas Pangdam membantahnya.

" Siapa yang bilang Wamena keamanannya tidak kondusif. Yang saya lihat warga masyarakatnya sangat tenang, bahkan warga memberikan sambutan yang sangat luar biasa setiap ada pejabat datang. Anda (Cepos) lihat sendiri kan, di sepanjang jalan mereka menyapa kami dan melambai-lambai tangan," terangnya.

Meski diakui sampai saat ini, masih ada saudara-saudara sesama anak bangsa yang sementara ini masih memiliki perbedaan ideology, yaitu Organisasi Papua Merdeka (OPM), dirinya tetap akan berupaya untuk menghimbau mereka dengan baik dan menyadarkan untuk kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi.

Itu semua kata bapak dua cucu itu, bisa dilakukan jika mereka itu sudah menganggap kita ini sesama saudara, dan bukan orang lain. Karena itu, dirinya menekankan kepada setiap prajurit, pentingnya mereka itu harus menjadi orang Papua.
" Saya yakin sebenarnya mereka itu tidak memiliki pemikiran-pemikiran yang berseberangan dengan NKRI, tapi mereka itu hanya korban dari kelompok-kelompok tertentu yang memiliki kepentingan pribadi dan menghasut (memprovokasi) masyarakatnya," tandasnya.

Kalau masyarakat sendiri menurut Pangdam, sangat tidak mungkin memiliki pemikiran-pemikiran seperti itu. Sebab, hal itu bisa dilihat dengan betapa lugunya mereka, betapa ikhlas dan bersahabatnya warga masyarakat.

Seperti yang dilihat sendiri, setiap rombongan Pangdam melintasi jalan, warga masyarakat saling menyapa dan memberi salam dengan penuh keihklasan dan kerendahan. Mana ada kehidupan santuan seperti itu ditemui di Jawa, bahkan satu sama lain sudah tidak peduli.

" Namun yang kami lihat sendiri sikap persaudaraan dan keakraban antar sesama sangat tinggi. Kalau ada orang yang membuatnya tidak seperti itu, sudah pasti ada pihak-pihak tertentu yang menghasutnya hanya untuk mengejar kepentingan pribadi dengan mengorbankan warganya," jelasnya.

Dia menambahkan, kalau ada warga masyarakat berbuat salah yang bertentangan dengan UUD 45 dan Pancasila, pasti ada orang-orang tertentu yang tujuannya hanya ingin membuat kacau daerah saja. " Karena itu saya minta warga masyarakat jangan dikorbankan untuk kepentingan pribadi," pintanya

TNI Bidik Hati Rakyat

Sementara itu ketika memberikan pengarahan kepada prajurit Yonif 756/WMS,Pangdam menegaskan, di Negara ini TNI tidak memiliki musuh, yang ada adalah lawan beda pendapat. Terhadap lawan beda pendapat itu, bukan senjata yang digunakan, tapi mulut dan pendekatan-pendekatan kasih sayang yang harus dikedepankan.

" Sasaran tembak yang harus dibidik TNI adalah hati rakyat. Bagaimana prajurit bisa menarik simpati rakyat, kuncinya adalah harus memahami, menghayati dan melaksanakan 8 wajib TNI. Sebab, muara dari 8 Wajib TNI itu adalah harus berbuat yang terbaik kepada rakyat," ujarnya.

Dikatakan, sebagai prajurit yang bertugas di Papua, maka hal terpenting yang harus dilakukan adalah harus menjadi orang Papua. Terlepas apakah prajurit itu berasal dari suku Jawa, Batak dan Sulawesi dan sebagainya, namun jika sudah berada di Papua, harus bisa menjadi orang Papua.

Sehingga setiap ada persoalan di masyarakat, penyelesaiannya harus menggunakan pendekatan budaya. Keberadaan budaya dan adat istiadat masyarakat setempat, harus dihormati, dijunjung dan diikuti.

"Saya minta kepada para prajurit jangan sombong, apalagi dengan masyarakat yang ada di lingkungannya. Sebab, jika TNI ingin disayangi rakyat, maka TNI harus sayang rakyat. Jika TNI ingin dibantu rakyat, maka TNI harus dibantu rakyat," harapnya.

Dia menambahkan, benturan antara TNI dengan rakyat bisa dihindari, jika prajurit tidak pernah menyakiti hati rakyat. Karena itu, di manapun, dan kapan saja, prajurit harus selalu mewujudkan persaudaraan dan kebersamaan dengan rakyat.
..............................................
http://www.kabarpapua.com

Related Posts by Categories



0 komentar