Program Khusus Mahasiswa Papua

Thursday, August 14, 2008 | with 0 komentar »
Puluhan mahasiswa dari bumi Cenderawasih tampak meramaikan kampus merah unhas. Meski beberapa diantaranya berasal dari pedalaman, namun tekad menimba ilmu, tak menyurutkan langkahnya.

Pagi mulai beranjak. Wisma Tamalanrea Unhas saat itu pun mulai terlihat hidup dengan 54 penghuni barunya. Beberapa kelompok pria dan wanita berseragam putih hitam terlihat keluar dari gedung yang terletak di samping Danau Unhas itu. Mereka sedang bergegas menuju kampus. Guyonan serta canda tawa tekadang mereka lakoni sepanjang perjalanan. Tak nampak duka di wajah mereka, walau kampung halaman ribuan mil jauhnya.

Mereka merupakan lulusan SMA terpilih untuk mengikuti Program Strata Satu (S1) Sains Berasrama. Program ini diadakan oleh Dinas Pendidikan Nasional, bekerjasama dengan Pemerintah Propinsi Papua serta tujuh perguruan tinggi yang tersebar di seluruh Indonesia. Dan Unhas menjadi salah satu kampus yang menjadi tujuan.

Minimnya jumlah pengajar di Papua menjadi alasan terlaksananya Sains Berasrama ini. “Program ini berangkat dari kurangnya tenaga pengajar di daerah terpencil. Bahkan, mereka telah diberi tahu sebelumnya di daerah mana saja nantinya mereka akan mengajar,” ungkap Drs. Muhtadin Kordinator Sains Berasrama yang juga dianggap Kepala Suku mereka.

Bahkan, kata Muhtadin, ada diantara mereka yang tiba di Bandara Hasanuddin tanpa alas kaki. Sebelumnya pun mereka berjalan kaki sejauh empat mil dari kampungnya menuju kota di Papua.

Awalnya mereka sedikit kesulitan beradaptasi dengan kehidupan di Makassar. Terutama dengan cuaca dan dialeknya yang berbeda, apalagi budayanya yang sangat kontras, sehingga mereka harus berusaha untuk membiasakan diri. Namun sejak dua bulan lalu mereka menginjakkan kakinya di Makassar, beberapa terlihat sudah terbiasa, terutama dengan kehidupan di kampus. Meski beberapa masih ada yang terlihat canggung saat bergelut dengan berbagai aktivitas perkuliahan.

Hanya 50 puluh mahasiswa menjadi tanggungan Pemerintah Pusat, sementara empat lainnya ditanggung Pemerintah Daerah. Seluruh biaya hidup ditanggung pihak yang bersangkutan. Selain biaya kuliah, ada pula uang saku sejumlah 200 ribu per orang per bulannya.

Sistem perkuliahan mereka tidak terikat dengan program reguler yang ada. Program ini bersifat khusus, karena bertujuan untuk mendidik mahasiswanya menjadi guru. Untuk semester ini, baru dua jurusan di Fakultas Mipa yang diprogramkan, yakni Biologi dan Kimia. Masing-masing jurusan ditempati 27 Mahasiswa Papua. Untuk tahun depan, rencanannya jumlah mahasiswa papua akan bertambah. Selain jurusan yang ada, jurusan Mipa yang lain pun akan mereka programkan.

Berbagai aturan harus mereka patuhi selama mengikuti program ini. Mulai dari mereka bangun pagi, perkuliahan hingga kehidupan sosial pun diatur dengan ketat. Semuanya terjadwal. Bahkan malam haripun mereka memiliki pelatihan tutorial khusus. Istirahat dan hari libur hanya sabtu dan minggu. Itupun dimanfaatkan mereka untuk kegiatan ibadah atau berolahraga.

Masa perkuliahan mereka ditargetkan, yakni tiga setengah tahun mereka harus menyelesaikan studi. Lalu nantinya akan dilanjutkan dengan program akta IV. Selama kurun waktu itu, mereka juga tidak diperkenankan untuk mengikuti organisasi yang mengikat di dalam atau di luar Kampus. “Kami tidak boleh mengikuti kegiatan lain di kampus, karena harus konsentrasi dengan kuliah,” tandas Marni Sampe Butu, Mahasiswa Biologi dari Irian Jaya Barat.

Setelah lulus S1 ini, rencananya mereka akan kembali ke daerah masing-masing untuk mengikuti praktek keilmuan. Setelah mengikuti praktek tersebut, mereka akan kembali lagi ke Makassar untuk mengikuti Pendidikan profesi Guru selama setahun. Semua itu masih terkait dengan program Sains Berasrama.

Banyaknya aturan serta kegiatan dalam program ini ditujukan untuk menciptakan tenaga pengajar yang berkualitas. Daerah Papua yang mayoritas belum terjamah dengan sarana pendidikan yang memadai, merupakan tanggung jawab besar mereka yang nantinya menjadi utusan keilmuan ini.

Terbesit harapan, bila dalam waktu ke depan mereka dapat menjadi bagian civitas akademika Unhas seutuhnya. Mereka juga berharap dapat diterima di lingkungan akademik mahasiswa yang lain, meski mereka adalah “mahasiswa spesial” yang datang dari Tanah Papua.

Related Posts by Categories



0 komentar